Kamis, 06 Mei 2010

Kemiskinan Pangkal Kriminalitas


Pernah dengar pepatah ini:

Bersih Pangkal Sehat
Rajin Pangkal Kaya
Kaya Pangkal Sombong
Miskin Pangkal kriminalitas

Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Bunyi pasal 34 UUD 1945 ini sudah sedemikian akrabnya di telinga kita. Lalu, apa jadinya bila anak terlantar itu malah dipelihara oleh sekelompok pengangguran sableng?

Muluk, seorang sarjana Manajemen, tak kunjung mendapat pekerjaan meski sudah berulang kali melamar ke berbagai perusahaan. Suatu ketika ketika ia memergoki seorang copet yang sedang memperdaya bapak tua. Urung melapor ke polisi, Muluk justru diperkenalkan oleh sang copet kepada Jarot. Di tempat Jarot, ternyata berkumpul banyak remaja, yang kerjanya hanya mencopet. Mereka terbagi tiga kelompok: copet mal, copet pasar dan copet angkot.

Berbekal ilmu Manajemen yang dikuasainya, Muluk kemudian menawarkan diri untuk mengelola paguyuban copet milik Jarot. Sebagai imbalan, Muluk mendapatkan 10% uang hasil mencopet. Untuk membantu tugasnya, Muluk merekrut dua orang temannya yang juga pengangguran : Samsul dan Pipit. Samsul adalah seorang sarjana pendidikan yang hobi main gaple, sementara Pipit merupakan putri pak Haji yang gemar ikut kuis KETIK REG SPASI. Mereka bedua mengajarkan pelajaran agama, budi pekerti dan kewarganegaraan kepada para copet.

“Sebagai copet, kalian juga harus sekolah. Siapa tahu kelak bisa jadi pejabat. Dengan demikian, bukankah semakin terbuka kesempatan mencopet uang yang lebih besar??” kata Muluk.

Kepada orang tuanya, Muluk mengaku telah bekerja sebagai konsultan Sumber Daya Manusia di salah satu ‘perusahaan’ swasta. Tentu saja mereka senang bukan kepalang sebab kini anak lelakinya tak lagi menganggur. Demikian pula dengan Samsul dan Pipit. Yang sedih justru teman-teman Samsul yang hobi main gaple. Dengan kesibukan barunya, Samsul tak lagi nongkrong bersama mereka.

Lambat laun, orang tua para pengangguran itu mengetahui sepak terjang anak-anak mereka

Perkumpulan copet pun dibubarkan. Samsul, sang guru PPKN pun berkata, “Biar copet, mereka itu pancasilais. Mereka hapal sila-sila dalam pancasila”.

Ini adalah film dari karyanya Dedi Mizwar "ALANGKAH LUCUNYA (negeri ini)" yang direkomendasikan dan wajib di tonton. Ending film ini merupakan sebuah ironi yang nyata dari gambaran negeri ini.

begini ending-nya; Tanpa sengaja, suatu hari Muluk berjumpa kembali dengan para mantan anak asuhnya di sebuah perempatan lalu lintas. Ada yang tetap sebagai copet, bersolo karir. Ada pula yang benar-benar insyaf dan menekuni profesi lain, seperti menjadi pedagang asongan atau pengelap kaca mobil. Tiba-tiba, mereka dikejutkan oleh kedatangan patroli tramtib yang hendak melakukan razia terhadap gelandangan, pengemis, maupun anak jalanan. Para mantan anak buah Muluk pun lari kocar-kacir menghindari kejaran petugas.

Ternyata, negara yang seharusnya menjadi pelindung dan pemelihara fakir miskin dan anak terlantar, belum dapat melaksanakan fungsinya secara maksimal.

film ini memuat krtiik sosial, gambarannya mengutip teori Marxian
Kaum Marxis, diantaranya Benger (1916), berpendapat sumber utama kejahatan adalah eksploitasi dan dominasi yang dilakukan masyarakat kelas atas terhadap masyarakat kelas bawah. Kriminalitas dipandang sebagai bentuk primitif pemberontakan melawan dominasi penguasa . Ketimpangan ekonomi dituding bertanggung jawab atas timbulnya kriminalitas.  Namun demikian, tidak semua ketimpangan ini menjadi sumber agresivitas. Pada negara dengan sistem demokrasi misalnya, tingginya pendapatan masyarakat kelas menengah - atas dipersepsikan sebagai penghargaan atas keahlian yang dimiliki individu.
Selain timpangnya pendapatan, salah satu bentuk ketimpangan yang lain adalah tidak meratanya kesempatan yang diperoleh masyarakat kelas atas dan masyarakat kelas bawah. Masyarakat kelas bawah kerap kali diposisikan sebagai pihak yang terhambat kesempatannya, entah itu kesempatan untuk memperoleh pendidikan, pelayanan kesehatan, dan lain sebagainya. Jadi, kesempatan yang terhambat itu lambat laun akan menimbulkan kriminalitas.

Dan Menurut Gue Jadilah, Sim Salabim...
negeri ini menjadi negeri dimana manusia yang ada didalamya saling memakan bangkai manusia yang lain (saudaranya sendiri).
---Jika si miskin (rakyat kls bawah) berusaha mencuri dompet (hak) si kaya, dan si kaya JUGA  berusaha mencuri uang (hak) si miskin.---
ext : dana BLT, dana BOS , dana pembanguna fasilitas umum dr uang APBN &APBD, pajak de el el...yg kesemuanya banyak disunat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar